Logo

VAKSINASI BUKAN BASA-BASI KEKEBALAN TUBUH

VAKSINASI  BUKAN BASA-BASI KEKEBALAN TUBUH

Ini gara-gara vaksin dipalsukan.  Alhasil, ribuan manusia tiba-tiba ketakutan untuk divaksinasi. Timbul ketidakpercayaan dan ketakutan jangan-jangan  semua vaksin yang beredar, entah di rumah sakit, klinik, atau apotek, adalah palsu.  Isu vaksin palsu itu begitu masif, membuat seolah kiamat sudah di depan mata. Lalu, masih perlukah kita  divaksinasi?

    Beberapa waktu lalu, sepasang suami istri ditangkap karena terbukti mengedarkan vaksin palsu. Celakanya, mereka melakukan pemalsuan itu sudah bertahun-tahun dengan menyasar rumah sakit dan klinik atau bidan-bidan di pinggiran Jakarta. Segera setelah pemalsuan vaksin itu terungkap, disusul rumah sakit dan orang-orang yang terlibat, banyak yang resah dan merasa bahwa semua vaksin yang beredar, disinyalir palsu. Tak hanya itu, karena kemudian ditambah dengan adanya anggapan bahwa pemberian vaksin, sebenarnya 'nggak penting-penting amat'. Hmm, tudingan yang tampaknya perlu diluruskan.
    Tahukah Anda, apa sebenarnya vaksinasi itu? Sejenak belajar: Vaksinasi adalah pemberian vaksin (baca: kuman/virus hidup yang dilemahkan atau bagian dari tubuh kuman/virus) yang dapat merangsang pembentukan antibodi dari  sistem imun di dalam tubuh. Ini berarti  bahwa vaksinasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu kuman / virus, sehingga bila kelak ia terpapar dengan kuman / virus yang serupa dalam vaksin itu, tidak akan jatuh sakit. Keberhasilan vaksinasi adalah satu 'tameng' penting untuk pencegahan penyakit, khususnya di usia dasar atau anak-anak. Mengapa vaksinasi di usia dasar menjadi amat penting, karena kekebalan tubuh anak tidak selalu mumpuni melawan kuman atau virus yang masuk ke dalam tubuhnya.
So, ada beberapa vaksin yang oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia [IDAI] diprogramkan. Ini bukan soal wajib atau tidak wajib, tapi diprogram untuk memperkuat anti bodi semua anak di Indonesia. Sebab, semua vaksinasi penting untuk mencegah penyakit-penyakit menular yang berbahaya. Berdasar rekomendasi IDAI tahun 2016, ada 16 jenis vaksin yang bisa diberikan pada anak, sesuai usianya.  Yaitu, hepatitis B, polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, Campak, MMR, Tifoid, hepatitis A, Varicella, HPV, Japanese ensefalitis dan Dengue. Dua vaksin yang disebut terakhir relatif masih baru, sehingga belum banyak yang mengenal.
    Bagaimana dengan orang dewasa;  apakah juga perlu vaksin? Vaksinasi untuk orang dewasa juga penting walaupun sudah divaksinasi ketika bayi. Karena seiring dengan bertambahnya usia, antibodi yang ada kadarnya sudah menurun, sehingga perlu ditingkatkan lagi.  Vaksinasi yang sangat dianjurkan untuk dewasa, di antaranya, vaksin Influenza, Hepatitis A dan B, Tifoid serta HPV. Sayangnya, menurut  dr. Sedyo Wahyudi, Sp.A, kesadaran orang dewasa terhadap pentingnya vaksinasi masih sangat kurang. Munculnya pemahaman, vaksin hanya untuk usia kanak-kanak, masih sangat kuat. “Kaya anak-anak saja masih divaksin,” begitu biasa celetuk manusia dewasa ketika diajak untuk divaksin. 'Itu yang harus dijelaskan terus menerus,” imbuh dr. Sedyo.  
Tidak hanya paparan informasi soal jenis dan kegunaan vaksinasi yang perlu dipahami oleh orang tua. Jadwal vaksinasi yang tepat juga harus menjadi perhatian. Vaksinasi idealnya diberikan sesuai jadwal untuk mendapatkan imunitas yang optimal.

Salah Kaprah Tentang Vaksin
    Mengapa edukasi tentang vaksin [ternyata] masih diperlukan. Meski sudah banyak penjelasan dan penerangan di banyak rumah sakit, pemahaman yang kurang benar yang masih dipegang banyak orang terjadi, benar adanya. Misalnya, seperti pertanyaan yang sering diajukan kepada dr. Sedyo: “Anak saya kekebalan tubuhnya menurun, apakah butuh antibiotika dosis tinggi atau antibiotika yang mahal untuk bisa sembuh?”.
Kalau kemarin heboh vaksin palsu,  kekebalan tubuh anak yang menerimanya, tak akan menurun; tetapi yang terjadi adalah kadar antibodi dalam tubuhnya tidak terbentuk.  Misalnya bila anak mendapat vaksin campak palsu, maka kekebalan tubuh anak terhadap campak tidak ada. Sehingga masih membuat anak berisiko tinggi terkena campak. Bukan membuat anak mudah demam atau anak gampang batuk pilek. Anak yang sering sakit memang salah satunya bisa berkaitan dengan kekebalan tubuh anak kurang baik, karena sistem kekebalan/antibodinya tidak bisa melawan infeksi kuman/virus yang terjadi.  Tetapi masih banyak faktor penyebab yang membuat anak sering sakit. Menganggap karena menerima vaksin palsu lalu si anak mudah jatuh sakit tentu merupakan pemahaman yang kurang tepat. Memang  tidak bisa dipungkiri, kasus maraknya vaksin palsu kemarin sempat membuat kalang kabut orangtua, dokter dan semua perangkat kesehatan.
Dalam teori komunikasi, ketika kasus vaksin palsu muncul, seharusnya yang dilakukan pemerintah di awal adalah: memberi edukasi dan pendekatan kepada masyarakat, bahwa benar ada, tapi tidak terlalu berpengaruh kepada kesehatan. Meredam dengan banyak informasi dan arahan kepada rumah sakit atau pelaku kesehatan supaya membuat jejaring ke masyarakat. Menjadi tidak berjalan, seandainya rumah sakit, atau pelaku kesehatan selama ini seperti 'katak dalam tempurung' tak kenal dengan media atau masyarakat luas. Alhasil ketika harus memberi penjelasan cepat, malah terkesan kemrungsung.

Vaksinasi itu [Masih] Penting
    Jadi, apakah vaksinasi itu masih penting? Dengan tegas dr. Sedyo menjawab: “Sangat penting!”. Masyarakat  tidak usah meragukan kualitas dan kandungan vaksin, terutama yang dilakukan di rumah sakit terpercaya seperti RS Panti Wilasa “Dr Cipto” ini. Dokter Sedyo menegaskan, vaksin tidak mengandung bahan berbahaya dan sangat aman bagi tubuh. Vaksin bahkan dapat menangkal penyakit. Pemerintah telah memberikan subsidi untuk 6 dari 16 vaksin, contohnya vaksin hepatitis B, polio, BCG, DTP, Hib, dan campak. Sepuluh vaksin lainnya belum disubsidi pemerintah sehingga ada golongan masyarakat  tertentu yang keberatan untuk membeli secara pribadi.  
    Dengan pemakaian dan penjelasan yang benar dan tepat, masyarakat  tak perlu ragu dengan manfaat yang didapatkan dari vaksinasi karena secara individu dapat menurunkan kejadian suatu penyakit, mengurangi biaya perawatan di rumah sakit, menurunkan risiko berkurangnya produktivitas akibat sakit, mencegah efek jangka panjang dari suatu pengobatan, dan mengurangi biaya yang diakibatkan pengobatan jangka panjang. Tetapi dalam jangka panjang, vaksinasi juga mempunyai  tujuan yang lebih luas yaitu untuk mengilangkan atau memusnahkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat, atau bahkan di muka bumi ini.
    Jadi, divaksinasi, bukan hal yang menakutkan lagi. Setuju kan? *

Dimuat di Majalah Kasih edisi 47

 

Tentang Penulis

Prev TBC PENYAKIT KUNO YANG TETAP ADA SAMPAI SEKARANG
Next GENERASI MENOLAK TAKUT TUA “TUA ITU PASTI, BUGAR ITU PILIHAN”

Tinggalkan Komentar